Senin, 09 Juni 2014

Analisis Laporan Keuangan

Nama : Ana Kurniawaty
Kelas : 3DA01
BAB I
PENDAHULUAN
 Pengertian Laporan Keuangan                               
                        Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti  industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan.
                        Laporan Keuangan menurut Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyain makna atau dapat menjelaskan arah perubahan atau trend suatu fenomena
                        Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
            Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah “laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya”. (IAI, 202 : par 47)

Tujuan Laporan keuangan
            Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
            Dalam standar akuntansi keuangan (SAK) tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.




BAB II
PEMBAHASAN

Laporan Keuangan PT.Sentul City Tbk
1.      Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi





2.      Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi


3.      Laporan perubahan ekuitas konsolidasi


4.      Laporan arus kas konsolidasi














·         Perhitungan Rasio Keuangan

1.         Rasio Likuiditas
Adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi    kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih.
Rasio  likuiditas  terdiri dari :

a.      Current Ratio
Current  Ratio adalah perbandingan  antara  aktiva lancar  dan utang  lancar.
Rumus  : Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar)
Hasil dari data laporan keuangan :
                        Current ratio tahun 2011 : (Rp 5.290.382.916.872  / Rp 695.846.681.418)                                                                     = 7,602
             Current ratio tahun 2010 : (Rp 4.814.315.153.733 / Rp 690.153.913.712)
      = 6,975
                         Current ratio tahun 2009 : (Rp2.784.021.782.133 / Rp 500.157.163.370)
                                                                 =  5,566

b.      Cash Ratio  (Ratio Immediate Solvency)
Aktiva  perusahaan  yang paling  likuid  adalah  kas  dan  surat   berharga. Cash ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk membayar  utang  jangka  pendek  dengan  kas  dan surat  berharga  yang dapat   segera  diuangkan. Tidak terdapat  standar  likuiditas  untuk  cash  ratio sehingga  penilaiannya  tergantung  pada  kebijakan   manajemen.
Rumus  : Cash Ratio = (Aktiva Lancar / Pinjaman Jangka Pendek)
                        Hasil dari data laporan keuangan :
                        Cash ratio tahun 2011 : (Rp 5.290.382.916.872    / Rp 336.713.750.229)
                                                            = 15,71
                        Cash ratio tahun 2010 : (Rp 4.814.315.153.733  / Rp 288.915.720.072)
                                                           = 16.66
                        Cash ratio tahun 2009 : (Rp 2.784.021.782.133/ Rp 195.000.000.000)
                                                           = 14,27

                       

c.       Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio  merupakan rasio  antara   aktiva  lancar  sesudah dikurangi  persediaan  dengan  hutang lancar. Rasio ini  menunjukkan  besarnya  alat  likuid   yang paling cepat   bisa  digunakan  untuk melunasi     hutang lancar.  Persediaan  dianggap aktiva   lancar  yang paling   tidak lancar, sebab  untuk menjadi    uang tunai  (kas)  memerlukan  dua  langkah  yakni   menjadi piutang  terlebih dulu  sebelum menjadi kas.

            Rumus : Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar))
Hasil dari data laporan keuangan :
                        Quick ratio tahun 2011:
                        ((Rp5.290.382.916.872 – Rp 1.124.722.148.990)/Rp 695.846.681.418))  =5,98
                        Quick ration tahun 2010:
                        ((Rp 4.814.315.153.733– Rp 1.222.818.540.940)/Rp 690.153.913.712)) = 6,79
                        Quick ratio tahun 2009:
                        ((Rp2.784.021.782.133– Rp1.151.547.735.803)/Rp 500.157.163.370))  = 3.26

2.       Ratio Solvabilitas
Solvabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi  segala kewajiban   finansialnya  apabila  sekiranya   perusahaan  tersebut  pada saat itu  dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32).
Suatu  perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
·         Perusahaan yang likuid  tetapi insolvable
·         Perusahaan  yang likuid  dan solvable
·         Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
·         Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid
   Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :

a.      Total Debt to Equity Ratio
Rumus:
Total Debt to EquityRatio=(Total Hutang/Ekuitas Pemegang Saham)x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
            Total debt to equity ratio 2011=
            (Rp 695.846.681.418/Rp 4.594.536.235.454)*100% =0,15 = 15%
            Total debt to equity ratio 2010=
             (Rp 690.153.913.712/Rp 4.124.161.240.021)*100%=0.16 = 16%
             Total debt to equity ratio 2009=
            (Rp 500.157.163.370/Rp 2.283.864.618.763)*100% =0,21 = 21%

b.      Total Debt  to Asset  Ratio
Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Agnes Sawir 2013: 13)
             Rumus :Total Debt  to Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%      Hasil dari data laporan keuangan:
Total debt to asset ratio 2011:
(Rp 695.846.681.418/Rp 5.290.382.916.872)x100%   = 0,13 = 13%

Total debt to aseet ratio 2010:
(Rp 690.153.913.712 / Rp 4.814.315.153.733) x 100% = 0,14 = 14%

Total debt to asset ratio 2009=
(Rp 500.157.163.370 / Rp 2.784.021.782.133) x 100% = 0,17 = 17%


3.         Rasio  Rentabilitas
Rentabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan   perbandingan antara  laba  dengan aktiva   atau modal  yang menghasilkan  laba tersebut. Dengan kata  lain rentabilitas  adalah  kemampuan  suatu perusahaan  untuk menghasilkan laba  selama  periode  tertentu (Bambang Riyanto, 1997,     hal 35).
Adapun  cara penilaian  Rentabilitas  adalah :

a.         Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
Rumus : GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%          
Hasil dari data laporan keuangan :
GPM tahun 2011: (Rp 236.374.318.855 / Rp 457.832.705.353) x 100%
     = 0,51 = 51%
GPM tahun 2010 : (Rp 212.543.088.624 / Rp 443.547.589.878) x 100%
                             = 0,47 = 47%





b.         Net Profit Margin (Margin laba kotor)
Perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha (Bastian dan Suhardjono 2006).
Rumus : NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
NPM tahun 2011  = (Rp 136.450.036.260 / Rp 5.290.382.916.872) x 100%
                              = 0.02 = 2%
NPM tahun 2010 = (Rp 83.159.621.021 / Rp 4.814.315.153.733) x 100%        
                                                     = 0,01 = 1%




c.       Earning Power of Total Investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Rumus :EPTI = (Laba sebelum pajak / total aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
EPTI tahun 2011= (Rp 156.853.638.596 / Rp 5.290.382.916.872) x 100%
                                        = 0,03 = 3%
EPTI tahun 2010= (Rp 103.460.802.253 / Rp 4.814.315.153.733) x 100%
                                       = 0,02 = 2%




d.      Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
Return on Equity Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
Rumus :ROE = (Laba setelah pajak / ekuitas pemegang saham) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
ROE tahun 2011 : (Rp  136.450.036.260 / Rp 4.576.321.372.090) x 100%
                                        = 0,02 = 2%
ROE tahun 2010 : (Rp 83.159.621.021 / Rp 4.106.828.848.477) x 100%
                                       = 0,02 = 2%


e.       Return of Asset
Adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan  setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.Rumus: ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
ROA tahun 2011: (Rp 136.450.036.260 / Rp 5.290.382.916.872) x 100% = 0,02 = 2%
ROA tahun 2010: (Rp 83.159.621.021 / Rp 4.814.315.153.733) x 100% = 0,01 = 1%