Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri
berikut :
·
Mengorbit mengelilingi bintang atau
sisa-sisa bintang
·
Memiliki massa yang cukup untuk memiliki
gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigrid body sehingga benda
angkasa tersebut mempunyai bentuk keseimbangan hidrosatik (bentuk hamper
bulat).
·
Tidak terlalu besar hingga dapat
memyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium diintinya dan
·
Telah “membersihkan lingkungan”(clearing
the neighborhood, mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa
berukuran cukup besar selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya.
·
Berdiameter lebih dari 800km
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem tata
surya terdapat delapan planet. Hingga 24 Agustus 2006 sebelum Persatuan
Astronomi Internasional (International Astronomical Union=IAU) mengumumkan
perubahan pada definisi “planet” sehingga seperti yang tersebut di atas,
terdapat Sembilan planet termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan
juga ditemukan sempat dianggap sebagai planet baru, seperti : Ceres, Sedna,
Orcus, Xena, Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres, dan UB 313 kini berubah statusnya
menjadi “planet kerdil/katai”
Planet
diambil dari kata dalam bahasa yunani Asteres
Planetai yang
artinya bintang pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang
biasa, planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari
rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa
sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun
pada zaman yunani kuno yang belum mengenal heliosentris, planet dianggap
sebagai representasi dari dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan
planet adalah tujuh benda langit. Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars,
Jupiter, dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan dari
daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya,
planet-planet anggota tata surya ada 9, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter/Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, tanggal 26 Agustus 2006, para ilmuwan
sepakat untuk mengeluarkan Pluto dari daftar planet sehingga jumlah planet di
tata surya menjadi hanya 8.
I.
Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
pengertian istilah “planet” berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi
langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang “tetap”), menjadi
benda bergerak mengelilingi bumi. Ketika model Heliosentrik mulai mendominasi
pada abad ke-16, planet mulai diterima sebagai sesuatu yang mengorbitkan
Matahari dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua
obyek apapun yang ditemukan mengitari matahari didaftarkan sebagai planet dan
jumlah “planet” menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800, astronom mulai menyadari banyak
penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek
seperti Ceres, Pallas dan Vesta yang telah diklasifikasikan sebagai planet
hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikasikan dengan nama baru
“asteroid”. Pada titik ini ketiadaan definisi formal membuat “planet” dipahami
sebagai benda besar yang mengorbitkan
matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas definisi karena
ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan
terbaru tampaknya telah berakhir. Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan.
Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto
berukuran lebih besar dari Bumi. IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek
tersebut sebagai planet. Pemantauan lebih jauh menemukan obyek tersebut
ternyata jauh lebih kecil dari dugaan semula. Tetapi masih lebih besar dari
semua asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang
besar, IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun. Pada tahun
1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di
daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa
sebelumnya. Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi
yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto
didefinisi ulang dari sebuah planet seiring bertambahnya penemuan obyek-obyek
sejenis.
Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif
daripada Pluto. Dipublikasi secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal
ini semakin mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006 berdasarkan pengumutan
suara, IAU membuat definisi planet yang baru. Jumlah planet dalam tata surya
berkurang, menjadi 8 besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya”
(Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus) dan sebuah
kelas baru diciptakan, yaitu planet katai yang awalnya terdiri dari tiga obyek,
Ceres, Pluto, Eris.
II.
Sejarah
Nama-Nama Planet
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi
(Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu
karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia
ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat table nama planet
dibawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa yunani memberi nama Stilbon (cemerlang)
untuk planet.
Merkurius Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau)
untuk Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus
memiliki dua nama yaitu Hesperos(bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet venus muncul di
pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua obyek yang berbeda. Pada abad ke-4
SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitilogi untuk
planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk Markurius, Ares untuk Mars, Zeus
untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus, dan Aphrodite untuk Venus. Pada masa
selanjutnya dimana pada kebudayaan Romawi menjadi lebih Berjaya dibanding
Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka. Kebetulan
dewa-dewa dalam mitologi Yunani
mempunyai padanan dalam mitologi romawi sehingga planet-planet tersebut
dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang. Hingga masa sekarang, tradisi
penamaan planet menggunakan nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut.
Namun demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang
merupakan nama dewa dari yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah
dari Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri tidak memilki padanan untuk
dewa Uranus. Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dakam metologi Yunani.
Nama Planet Dalam Bahasa Lain
Arab
|
Syams
|
Utaared
|
Zuhra
|
Ard
|
Qamar
|
Marrikh
|
Mushtarie
|
Zuhal
|
Uraanus
|
Niftuun
|
Belanda
|
Zon
|
Mercurius
|
Venus
|
Aarde
|
Maan
|
Mars
|
Jupiter
|
Saturnus
|
Uranus
|
Neptunus
|
Bengali
|
Surya
|
Budh
|
Shukra
|
Prithivi
|
Chand
|
Mangal
|
Brihaspati
|
Shani
|
-
|
-
|
Canton
|
Taiyeung
|
Suising
|
Gumsing
|
Deiqao
|
Yueqao
|
Fuosing
|
Moqsing
|
Tousing
|
Tinwongsing
|
Huoiwongsing
|
Filipina
|
Araw
|
Merkuryo
|
Beno
|
Daigdig
|
Buwan
|
Marte
|
Hupiter
|
Saturno
|
Urano
|
Neptuno
|
Gujarati
|
Surya
|
Budh
|
Shukra
|
Prathivi
|
Chandra
|
Mangal
|
Guru
|
Shani
|
Prajapathie
|
Varun
|
Indonesia
|
Matahari
|
Merkurius
|
Venus
|
Bumi
|
Bulan
|
Mars
|
Yupiter
|
Saturnus
|
Uranus
|
Neptunus
|
Inggris
|
Sun
|
Mercury
|
Venus
|
Earth
|
Moon
|
Mars
|
Jupiter
|
Saturn
|
Uranus
|
Neptune
|
Jawa
|
Srengenge
|
Buda
|
Kejora
|
Jagad
|
Rembulan
|
Anggara
|
Respati
|
Sani
|
-
|
-
|
Jepang
|
Taiyou
|
Suisei
|
Kinsei
|
Chikyuu
|
Tsuki
|
Kasei
|
Mokusei
|
Dosei
|
Ten'ousei
|
Kaiousei
|
Jerman
|
Sonne
|
Merkur
|
Venus
|
Erde
|
Mond
|
Mars
|
Jupiter
|
Saturn
|
Uranus
|
Neptun
|
Latin
|
Sol
|
Mercurius
|
Venus
|
Terra
|
Luna
|
Mars
|
Jupiter
|
Saturnus
|
Uranus
|
Neptunus
|
Melayu
|
Matahari
|
Utarid
|
Zuhrah
|
Bumi
|
Bulan
|
Marikh
|
Musytari
|
Zuhal
|
Uranus
|
Neptun
|
Mandarin
|
Taiyang
|
Shuixing
|
Jinxing
|
Diqiu
|
Yueqiu
|
Huoxing
|
Muxing
|
Tuxing
|
Tianwangxing
|
Haiwangxing
|
Perancis
|
Soleil
|
Mercure
|
Vénus
|
Terre
|
Lune
|
Mars
|
Jupiter
|
Saturne
|
Uranus
|
Neptune
|
Portugis
|
Sol
|
Mercúrio
|
Vênus
|
Terra
|
Lua
|
Marte
|
Júpiter
|
Saturno
|
Urano
|
Neptuno
|
Russia
|
Solnce
|
Merkurij
|
Venera
|
Zemlja
|
Luna
|
Mars
|
Yupiter
|
Saturn
|
Uran
|
Neptun
|
Sansekerta
|
Surya
|
Budha
|
Sukra
|
Dhara
|
Chandra
|
Mangala
|
Brhaspati
|
Sani
|
-
|
-
|
Thailand
|
Surya
|
Budha
|
Sukra
|
Lok
|
Chandra
|
Angkarn
|
Prhasbadi
|
Sao
|
Uranus
|
Neptune
|
Yunani
|
Helios
|
Hermes
|
Aphrodite
|
Gaea
|
Selene
|
Ares
|
Zeus
|
Kronos
|
Uranos
|
Poseidon
|
Tata Surya
Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang
terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh
gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk
delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit
berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet)
lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi
Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar
adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu
kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari
matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km),
Venus (108 juta km), Bumi
(150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan
2008,
ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil,
kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut
ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid;
dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto
(5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris
(10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan
tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian
luar dikelilingi oleh cincin planet
yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Hipotesis
Nebula
Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg
(1688-1772) tahun 1734
dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804)
pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan
oleh Pierre Marquis
de Laplace secara independen pada tahun 1796.
Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut
ini terbentuk dari debu, es,
dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut
memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa
terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya
gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring
dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa
orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari
pembentukan mereka.
Hipotesis
Planetisimal
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
Hipotesis planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest
R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa
awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan
pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi
berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya
dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi
tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan
menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal
dan beberapa yang besar sebagai protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan
bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis
Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap
terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan
bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian
terkondensasi menjadi planet.
Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan
yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya
atas hipotesis tersebut.
Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis
kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang
berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis
Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001)
pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami
benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia
"lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati
melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa
mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus
Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap
Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris,
yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya
digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius
hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan
lain seperti Christian Huygens
(1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada
hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga
diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan
hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori
perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda
langit selanjutnya
Pada 1781,
William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan
bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846.
Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto
kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia
hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah
Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon,
satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai
planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan
sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek
trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin
ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian
dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek
Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km
pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna
(1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta,
Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61
(1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61
cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki
satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan
puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km
pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena.
Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
Struktur
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar
yang mengorbit matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya
dinamai ekliptika.
Semua planet
terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk
Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek
Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari berlawanan dengan arah jarum
jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari, terkecuali Komet
Halley.
Hukum
Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya
sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai
salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari (sumbu
semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada
orbit elips, jarak antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun.
Jarak terdekat antara objek dengan matahari dinamai perihelion,
sedangkan jarak terjauh dari matahari dinamai aphelion. Semua
objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik
aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran,
sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.Untuk
mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara
orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa
perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari,
semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya.
Sebagai contoh, Venus
terletak sekitar sekitar 0,33 satuan
astronomi (SA) lebih dari Merkurius, sedangkan Saturnus adalah
4,3 SA dari Yupiter,
dan Neptunus
terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi
jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi
sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di
Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit
alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit
sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara
permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi
partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
Secara informal, Tata Surya
dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang
lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.Sejak
ditemukannya Sabuk Kuiper,
bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi
semua objek melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek
yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata
Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan
mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan
orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya.
Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus,
Bumi,
Mars,
Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto
telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari
objek-objek Sabuk Kuiper.
Planet kerdil adalah benda
angkasa bukan satelit yang mengelilingi matahari, mempunyai massa yang cukup
untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah
sekitarnya.Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres,
Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.Objek
lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna,
Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah
trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".Sisa objek-objek lain
berikutnya yang mengitari matahari adalah benda kecil Tata Surya.
Ilmuwan ahli planet menggunakan
istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam
Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih
besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum
terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir
semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur
rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini
mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan
Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,memiliki titik lebur
sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari
sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es
raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit
Neptunus.
Istilah volatiles
mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk
gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es,
cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
Zona planet
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk
asteroid,
planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam, Matahari adalah
pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius
(jarak dari matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA),
Venus
(108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi
(149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars
(227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya
antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara
3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat
daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral.
Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan
beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari
kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet
kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa
menyimpangi Merkurius
(Icarus)
dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat
planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km,
5,2 SA), Uranus
(2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus
(4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis
antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara
planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan
efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak
muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi
bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang
mencakup planet kebumian
dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat
dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari,
radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan
Saturnus.
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan:
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial
planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau
tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi
Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti
silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel
yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus,
Bumi
dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor
dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan.
Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius dan Venus)
disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari matahari) adalah
planet terdekat dari matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius
tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid
yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan
terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang
hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya
karena semburan angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius
masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet
ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan
("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.
Venus
Venus
(0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi,
planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini
lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi.
Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu
permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah
kaca yang terkandung di dalam atmosfer.Sejauh ini aktivitas geologis Venus
belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa
mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung
berapi.
Bumi
Bumi
(1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat,
satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet
yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di
antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang
diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan
planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan,
satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars
(1,5 SA dari matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa
bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang
dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan
seperti Valles
marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi
sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya
yang kaya besi.Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos
dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya
terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet.
Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di
daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil
(contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam
peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di
bagian dalam Tata Surya.
Planet-planet luar
Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari,
berdasarkan skala
Keempat planet luar, yang
disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet
jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit
matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan
Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa
keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.Keempat raksasa gas ini
semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat
dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter
(5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan
seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen
dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen
pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa.
Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede,
Callisto,
Io,
dan Europa menampakan
kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44]
Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar
dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus
(9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan
dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya
sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga
Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling
tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh
ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan
dan Enceladus,
menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.Titan
berukuran lebih besar dari Merkurius
dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang
cukup berarti.
Uranus
Uranus
(19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di
antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika.
Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan
hanya sedikit memancarkan energi panas.Uranus memiliki 27 satelit yang
diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus
(30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi,
sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi
tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.Neptunus memiliki 13 satelit yang
diketahui. Yang terbesar, Triton,
geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.Triton adalah satu-satunya
satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga
didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus.
Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar