Gagasan kuno abad 19: alam semesta kekal
Gagasan yang
umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran
tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya.Selain
meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis,pandangan ini menolak
keberadaan sang Pencipta dan menyatakan alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme
adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan
yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi.Berakar pada pada
kebudayaan Yunani kuno dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem
berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme dialetika Karl
Marx.
Para penganut
materialisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak
paham ateis mereka.Misalnya dalam bukunya Principen Fondamentaux de
Philosophie, filosop materialis George
Politzer mengatakan bahwa ”alam bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan
menambahkan: ”Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan
seketika dan dari ketiadaan”.
Ketika
Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia
berpijak pada model alam semesta atatis abad 19 dan menganggap dirinya sedang
mengemukakan sebuah pertanyaan ilmiah. Namun sains dan teknologi yang
berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan
materialisme ini.
Astronomi mengatakan: Alam Semesta Diciptakan
Pada tahun
1929, di observatorium Month Wilson California,ahli astronomi Amerika,Edwin
Hubble membuat salah satu penemuan terbesar disepanjang sejarah
astronomi.Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia
menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini
berarti bahwa bintang-bintang ini ”bergerak menjauhi” kita.Sebab menurut hukum
fisika yang diketahui,spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak
mendekati pengamat cenderung ke warna ungu,sedangkan yang menjauhi pengamat
cenderung ke warna merah.Selama pengamat oleh Hubble,cahaya dari
bintang-bintang cenderung ke warna merah.Ini berarti bahwa bintang-bintang ini
terus menerus bergerak menjauhi
kita.Jauh sebelumnya Hubble telah menemukan penemuaan yang lebih
penting.Bintang dan galaksi tak hanya bergerak menjauhi kita,tapi menjauhi satu
sama lain.Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta dimana
segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia teru-menerus
”berkembang”.
Agar lebih
mudah dipahami,alam semesta diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang
berkembang.Sebagaimana titik-titik dipermukaan balon yang bergerak menjauhi
satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga
bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus berkembang.
Sebenernya
fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal.Albert Einstein yang
diakui sebagai ilmuan terbesar abad 20, berdasarkan hitungan yang ia buat dalam
fisika teori,telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis.Tetapi
ia mendiamkan penemuan ini,hanya agar tidak bertentangan dengan model alam
semesta statis yang diakui luas waktu itu.Di kemudian hari Einstein menyadari
tindakannya ini sebagai ”kesalahan terbesar dalam karirinya”.
Apa arti dari
mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam
semesta tidak bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal
dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukan bahwa ”titik tunggal” ini yang berisi semua materi alam semesta
haruslah memiliki ”volume nol” dan ”kepadatan tak hingga”. Alam semesta telah
terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan
raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan ”Big Bang” dan
teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukankan bahwa ”volume nol”
merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk melakukan pemahaman Ilmu
pengetahuan dapat mendefinisikan konsep ’ketiadaan’ yang berada diluar batas pemahaman
manusia,hanya dengan menyatakan sebagai ”titik bervolume nol”. Sebenernya
’sebuah titik tak bervolume’ berati ’ketiadaan’.Demikianlah alam semesta muncul
menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain,ia telah diciptakan. Fakta bahwa
alam ini diciptakan, yang baru ditemuka fisika modern abad 20,telah dinyatakan
dalam Al-quran 14 abad lampau: ”Dia pencipta langit dan bumi” (QS. Al-An’aam, 6-101).
Teori Big Bang
menunjukan bahwa semua benda dialam semesta pada awalnya adalah satu wujud dan
kemudia terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan
melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk
alam semesta ini dengan cara pemisahaan satu dari yang lain.
Big Bang, Fakta Menjijikan Bagi Kaum Materialis
Big Bang merupakan
petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ”diciptakan dari ketiadaan” dengan kata
lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini,para astronom yang meyakini
oaham materialis senantiasa menlak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam
semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang
fisikawan materialisterkenal yang mengatakan ”Secara filosofis, gagsan tentang
permulaan tiba-tiba dari tatanan alam yang ada saat ini sungguh sangat
menjijikan bagi saya”. Seorang
meterialis lain, astronom terkemuka asal Inggris Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling
merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, hoyke mengemukakan
suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori ’alam semesta
tetap’ di abad 19. Teori Steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran
tak hingga dan berukuran kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan
paham materialis, teori ini sama sekali bersebrangan dengan teori Big Bang yang
mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan
teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang . Namun ilmu pengetahuan
justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun
1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pebentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi
yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Salain itu, radiasi
ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
seharunya ada ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut ’radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancarkan
dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penziaz dan Wilson dianugrahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.
Pada tahun
1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8
menit bagi COBE untuk membuktikan
perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ladakan raksasa yang
terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi
terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting
lain bagi Big Bang adalah junlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuai dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa
peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tidak memiliki pemulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka
unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi
helium.
Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah.
Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakam oleh Allah
Yang Maha Kuasa dengan sempurna tanpa cacat.
Yang telah
menciptakan langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat ciptaan
tuhanyang maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS.Al-Mulk,67:3).
PROSES TERJADINYA ALAM SEMESTA MENURUT AL-QUR’AN
Dalam salah
satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang) disebutkan bahwa
alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun
yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta.
Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi
terkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak diantara kita yang telah membaca
tentang teori tersebut.Sekarang mungkin ada diantara kita yang ingin tahu
bagaimana Al-qur’an menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta
ini.Dalam Al-qur’an surah Al-anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan : ”Dan apakah
orang-orang kafir yang tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu kemudian Kami pisahkan keduanya.Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup.Maka mengapakah mereka tiada beriman?”
Lalu dalam
Qur’an surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman: ”Kemudian Dia
menuju langit dan langit itu masih merupakan asap,lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi: ”Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa”. Keduanya menjawab: ”Kami datang dengan suka hati”.
Kata asap
dalam ayat tersebut diatas menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan
dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair
pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuan yang lebih atau
kurang stabil.
Lalu dalam
surat At-Talaq (surat ke-56) ayat 12 Allah berfirman: ”Allah-lah yang
,enciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya,agar kamu mengetahui bahwasannya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmunya
benar-benar meliputi segala sesuatu”
Para ahli
menafsirkan bahwa kata tujuh menunjukan sesuatu yang jamak (lebih dari satu)
dimana secara tekstual hal ini mengindikasikan bahwa di alam semesta ini
terdapat lebih dari satu bumi seperti bumi yang kita tempati sekarang ini.
Beberapa hal
yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca Al-qur’an di abad ini adalah fakta
tentang ayat-ayat dalam Al-qur’an yang menyebutkan tentang tiga kelompok benda
yang diciptakan(Nya) yang ada di dalam alam semesta yaitu benda-benda berada di
langit,benda-benda yang berada dibumi dan benda-benda berada diantara
keduanya.Kita dapat menemukan hal ini pada beberapa sura yaitu Toha (surat
ke-20) ayat 6yang artinya: ”Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit,semua
yang ada di bumi,semua yang ada di antara keduanya dan semuanya yang ada
dibawah tanah.”
Laku dalam
surat Al-Furqan (surat ke-25) ayat 59 yang artinya: ”Yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di anatar keduanya dalam enam masa”. Juga dalam surat
Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4 yang artinya: ”Allah-lah yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa”. Dan surat Qaf
(surat ke-50) ayat 58 yang artinya: ”Dan sesungguhnya Kami telah ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa,dan Kami sedikit
pun tidak ditimpa keletihan”.
Dari
surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terjadinya jagat
raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana dalam proses tahapan
tersebut saling berkaitan.Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi
melalui proses pemisahan masa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan oula
tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit
dan bumi.
Dan uraian
diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang
teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-qur’an telah secara jelas menceritakan bagaimana
alam semesta ini terbentuk.
Penciptaan Alam Semesta
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an,
6:101)
Keterangan yang diberikan Al
Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini.
Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam
semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil
dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang
dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar
15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil
dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big
Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang
disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan
waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik,
terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit
ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap
sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya
peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.
Mengembangnya Alam Semesta
Dalam Al
Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang,
mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata
"langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak
tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini
sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam
Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau
mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa
kini.
Hingga
awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini didunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu
kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta
sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Sejak
terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu
sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus
"mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya
memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini
dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur
keseluruhan alam semesta.
Pemisahan Langit dan Bumi
Gambar
ini menampakkan peristiwa Big Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah
telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah
dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan
sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah
menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah
Marilah
kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut,
langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu
terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat
kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik
tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala
sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah
diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan
"ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga
menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah),
dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam
semesta terbentuk.
Ketika
kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan
kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh
menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
Garis Edar
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan
pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam
garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta
yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari
bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah
bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga
berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada
dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan
alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan
dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Sebagaimana
komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga
bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini
memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara
harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an,
51:7)
Terdapat
sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan
sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut
bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama
jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya
dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain
itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan
baginya.
Semua
benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan
bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua
orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan
cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta
seluruh sekalian alam.
Garis
edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa.
Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis
peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari
benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan
lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama
lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat
dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki
teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa
berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi
modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah
bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana
dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka
kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an
adalah firman Allah.
Bentuk
Bulat Planet Bumi
Dalam
Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik
tentang langit:
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah)
yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32)
Sifat
langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20. Atmosfir
yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan.
Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka
mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk
hidup.
Atmosfir
juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan.
Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak
berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan
gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar
ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi
fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian
besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan
ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum
ultraviolet yang mencapai bumi.
Fungsi
pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi
bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat
celcius di bawah nol.
Tidak
hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir,
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet
bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam
planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan
bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk
Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari
yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan
di muka bumi.
Fungsi
pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi
bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat
celcius di bawah nol.
Tidak
hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir,
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet
bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam
planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan
bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk
Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari
yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan
di muka bumi.
Dr.
Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi
ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya
kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan
keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan
pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi
dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak
ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya
planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius
- tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan
Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung
Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
(http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by
Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.).
Energi yang dipancarkan dalam
satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara
dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima.
Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik
kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi
terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius. Singkatnya,
sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi
bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para
ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah
diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung.
Langit yang
Mengembalikan
Ayat ke-11 dari Surat Ath
Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada
fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit.
"Demi langit
yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11)
Kata yang ditafsirkan sebagai
"mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga bermakna
"mengirim kembali" atau "mengembalikan".
Sebagaimana diketahui, atmosfir
yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki
peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan
ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke
ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati
sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang
mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan Troposfir, 13 hingga 15
km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi
menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
Lapisan ozon, pada ketinggian 25
km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang
angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali
pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis
seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel,
pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet memantulkan
kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan
bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.
Sifat lapisan-lapisan langit
yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah
dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa
Al Qur'an adalah firman Allah.
6 teori yang menceritakan terjadinya alam semesta
Bumi
dengan isi dan bentuknya merupakan salah satu planet anggota tata surya yang
beredar mengelilingi matahari. Karna bumi merupakan anggota dari tata surya ,
sejarah terbentuk dan perkembangan berhubung dengan sejarah terbentuknya tata
surya. ada 5 teori yang menceritakan terjadinya alam semeseta ini Please Check.
Ada banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun 1775. Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula.
Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga terbentuk.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
3.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang
Kembar Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
6. Hipotesis Big Bang
Big Bang merupakan salah satu teori tentang awal pembentukan jagat raya. Teori ini menyatakan bahwa jagat raya dimulai dari satu ledakan besar dari materi yang densitasnya luar biasa besar. Impilikasinya jagat raya punya awal dan akhir. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah penemuan, dan diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar